IMUNISASI ANAK
Apa Itu Imunisasi Anak? Panduan Lengkap dari Dokter Spesialis Anak

- Update:
Imunisasi adalah salah satu langkah paling penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya. Namun, masih banyak orang tua yang bingung mengenai apa itu imunisasi dan mengapa hal ini wajib dilakukan sejak usia dini.
Sebagai orang tua, tentu ingin memberikan perlindungan terbaik bagi buah hati Anda. Oleh karena itu, dalam artikel ini, Dokter Dewi Darmawati, SpA, akan menjelaskan secara rinci tentang pengertian, manfaat, jadwal imunisasi terkini, serta fakta dan mitos yang sering beredar

Daftar Isi
Pengertian Imunisasi dan Pentingnya untuk Anak
Apa sebenarnya imunisasi itu dan mengapa para dokter anak sangat menekankan pentingnya imunisasi sejak usia dini? Sebagai Smart Parents, tentu kita ingin memahami secara jelas bagaimana imunisasi berperan penting dalam melindungi sang buah hati.
Apa Itu Imunisasi?
Secara sederhana, imunisasi adalah proses pemberian vaksin kepada anak agar tubuhnya mampu membangun sistem kekebalan terhadap penyakit tertentu. Vaksin yang diberikan mengandung antigen. Antigen adalah zat yang dapat merangsang sistem imun untuk membentuk antibodi tanpa menyebabkan penyakit itu sendiri. Ketika anak menerima imunisasi, tubuhnya akan belajar untuk mengenali penyakit tersebut, sehingga kelak jika terpapar penyakit yang sesungguhnya, tubuh anak sudah siap melawannya dengan baik.
Menurut WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi merupakan salah satu langkah paling efektif dan ekonomis untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya seperti campak, polio, difteri, hepatitis, hingga meningitis.
Manfaat dan Pentingnya Imunisasi Untuk Anak
Imunisasi merupakan sebuah langkah nyata yang membawa manfaat besar bagi anak. Sebagai dokter spesialis anak, saya sering menjelaskan kepada para parents bahwa imunisasi adalah investasi kesehatan terbaik yang bisa mereka berikan untuk buah hati. Berikut adalah beberapa manfaat dan pentingnya imunisasi yang wajib diketahui setiap orang tua:
1. Melindungi dari Penyakit Berbahaya
Anak yang telah diimunisasi lengkap akan memiliki kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit menular seperti campak, polio, hepatitis, difteri, dan meningitis.
2. Mengurangi Risiko Komplikasi Berat
Imunisasi membantu tubuh anak melawan penyakit sebelum penyakit tersebut menyebabkan komplikasi serius yang bisa mengganggu tumbuh kembangnya.
3. Membantu Mencapai Tumbuh Kembang Optimal
Anak yang sehat dan terhindar dari penyakit berat akan tumbuh dan berkembang dengan optimal secara fisik, mental, maupun emosional.
4. Menghemat Biaya dan Waktu
Imunisasi terbukti lebih ekonomis dibandingkan biaya pengobatan penyakit yang sebenarnya bisa dicegahkan dengan vaksinasi.
Bagaimana Cara Kerja Imunisasi?
Secara garis besar, proses imunisasi terbagi menjadi 3 langkah:
Pemberian Vaksin
Imunisasi dimulai dengan proses pemberian vaksin melalui suntikan (injeksi) atau oral (mulut). Vaksin sendiri mengandung antigen, dimana antigen ini dapat berupa:
- Mikroorganisme yang dilemahkan (vaksin hidup dilemahkan)
- Mikroorganisme yang dimatikan (vaksin mati/inaktivasi)
- Bagian tertentu dari mikroorganisme, misalnya protein atau toksin yang telah dilemahkan.
Stimulasi Sistem Kekebalan Tubuh
Setelah vaksin masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan mendeteksi antigen dalam vaksin sebagai zat asing sekaligus ancaman, walaupun sebenarnya tidak berbahaya. Tubuh akan ‘memakan’ antigen ini untuk kemudian memproduksi antibodi spesifik terhadap antigen tersebut.
Pembentukan Memori Kekebalan
Proses imunisasi akan berakhir apabila tubuh telah mengenali dan mengingat antigen tersebut. Sebagai efeknya, tubuh dapat mengidentifikasi bakteri serupa yang masuk dan menghasilkan sel imun sebelum menyebabkan infeksi serius.
Jenis - Jenis Imunisasi Anak
Berdasarkan fungsi serta tujuan diberikannya, imunisasi dapat dibagi menjadi dua jenis:
Imunisasi Anak
Imunisasi dasar merupakan langkah pencegahan utama bagi anak atau bayi baru lahir dari berbagai penyakit menular. Imunisasi sangat penting sebagai upaya awal untuk melindungi anak yang masih rentan terhadap berbagai macam penyakit. Berikut jenis – jenis imunisasi dasar:
Vaksin Hepatitis B merupakan langkah penting dalam melindungi anak dari infeksi virus Hepatitis B yang dapat menyebabkan kerusakan hati serius, termasuk sirosis dan kanker hati
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guérin) merupakan vaksin penting untuk melindungi anak dari infeksi tuberkulosis (TBC), terutama bentuk berat seperti meningitis TB dan TB milier.
Imunisasi polio merupakan upaya penting untuk melindungi anak dari penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Terdapat dua jenis vaksin polio yang digunakan: Oral Polio Vaccine (OPV) dan Inactivated Polio Vaccine (IPV).
Imunisasi DPT-HB-Hib merupakan vaksin kombinasi yang memberikan perlindungan terhadap lima penyakit sekaligus: Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus, Hepatitis B, serta infeksi yang disebabkan oleh Haemophilus influenzae tipe B (Hib).
Imunisasi MR (Measles-Rubella) dan MMR (Measles, Mumps, Rubella) merupakan vaksin penting yang melindungi anak dari tiga penyakit menular: Campak, Gondongan, dan Rubella.
Vaksin PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus seperti pneumonia, meningitis, dan otitis media.
Imunisasi Rotavirus merupakan vaksin penting untuk melindungi anak dari infeksi rotavirus yang dapat menyebabkan diare berat, muntah, demam, dan dehidrasi. Penyakit ini terutama berisiko pada bayi dan anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Imunisasi Influenza bertujuan melindungi anak dari infeksi virus influenza yang dapat menyebabkan gejala seperti demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan komplikasi serius seperti pneumonia.
Imunisasi Varicella bertujuan melindungi anak dari infeksi virus varicella-zoster yang menyebabkan cacar air. Penyakit ini ditandai dengan ruam kulit berupa bintik-bintik merah berisi cairan, disertai demam dan gatal.
Imunisasi Hepatitis A bertujuan melindungi anak dari infeksi virus Hepatitis A yang dapat menyebabkan peradangan hati, demam, mual, muntah, dan penyakit kuning.
Imunisasi Tifoid bertujuan melindungi anak dari infeksi bakteri Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi, sakit perut, diare, dan lemas. Vaksin ini sangat penting terutama di daerah dengan kebersihan dan sanitasi yang kurang memadai.
Imunisasi Japanese Encephalitis (JE) bertujuan melindungi anak dari infeksi virus Japanese encephalitis yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Culex. Penyakit ini dapat menyebabkan peradangan otak (ensefalitis) dengan gejala demam tinggi, sakit kepala, kejang, dan bahkan koma. Vaksin ini sangat penting terutama di daerah endemik Asia dan Pasifik.
Imunisasi Dengue bertujuan melindungi anak dari infeksi virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala seperti demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, ruam, hingga komplikasi serius seperti dengue shock syndrome (DSS) dan dengue hemorrhagic fever (DHF).
Flu Singapura, atau yang lebih dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD), adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari kelompok Enterovirus, terutama Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71 (EV71). Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak, terutama usia di bawah 5 tahun.
Vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi virus HPV, yang bisa menyebabkan kanker serviks, kanker anus, kanker penis, kanker tenggorokan, serta kutil kelamin. Vaksin ini paling efektif jika diberikan sebelum seseorang mulai aktif secara seksual, biasanya direkomendasikan untuk anak laki-laki dan perempuan usia 9–14 tahun
Kapan Saja Anak Harus Imunisasi?
Berdasarkan informasi imunisasi anak yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), berikut adalah jadwal imunisasi yang sudah dikelompokkan berdasarkan usia anak:

🍼 Imunisasi Anak Usia 0 – 6 Bulan
0 Bulan (Saat Lahir)
- Hepatitis B (HB0): Diberikan segera dalam 24 jam pertama setelah lahir.
- Polio (OPV 0): Diberikan saat lahir.
1 Bulan
- BCG: Diberikan di usia 1 bulan untuk melindungi anak dari infeksi tuberkulosis (TBC)
2 Bulan
- DTP-HB-Hib 1: Dosis pertama untuk difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Hib.
- Polio 1: Dosis pertama untuk perlindungan dari poliomielitis.
- PCV 1 : Dosis pertama untuk perlindungan pneumonia dan meningitis.
- Rotavirus 1: Dosis pertama untuk mencegah diare berat akibat infeksi rotavirus.
3 Bulan
- DTP-HB-Hib 2: Dosis lanjutan kedua
- Polio 2: Dosis lanjutan kedua
4 Bulan
- DTP-HB-Hib 3: Dosis lanjutan ketiga
- Polio 3: Dosis lanjutan ketiga
- PCV 2: Dosis lanjutan kedua
- Rotavirus 2: Dosis lanjutan kedua
6 Bulan
- PCV 3: Dosis lanjutan ketiga
- Rotavirus 3: Dosis lanjutan ketiga
- Influenza 1: Dosis pertama untuk perlindungan dari Influenza
👶 Imunisasi Anak Usia 7 – 12 Bulan
7 Bulan
- Influenza 2: Dosis lanjutan kedua
9 Bulan
- MR 1: Dosis pertama untuk mencegah campak dan rubella.
- Japanese Encephalitis (JE) 1: Dosis pertama untuk cegah radang otak
12 Bulan
- PCV 4 : Dosis lanjutan keempat
- Varicella 1 : Dosis pertama untuk cegah cacar air
- Hepatitis A 1 : Dosis pertama untuk mencegah infeksi virus Hepatitis A
🧒 Imunisasi Anak Usia 12 - 24 Bulan
14 Bulan
- Varicella 2 : Dosis lanjutan kedua
18 Bulan
- DTP-HB-Hib 4: Dosis lanjutan keempat
- Polio 4: Dosis lanjutan keempat
- MMR 1 : Dosis pertama untuk mencegah campak, gondongan, dan rubella
- Hepatitis A 2 : Dosis lanjutan kedua
24 Bulan
- JE 2 : Dosis lanjutan kedua
- Tifoid 1 : Dosis pertama untuk mencegah penyakit tifoid atau demam tifoid
- Influenza : Dosis pengulangan setiap tahun
🧑🎓 Imunisasi Anak Usia 2 – 18 Tahun
3-4 Tahun
- Influenza : Dosis pengulangan setiap tahun
5 Tahun
- DTP-HB-Hib 5: Dosis lanjutan kelima
- Polio 5: Dosis lanjutan kelima
- MMR 2 : Dosis lanjutan kedua
- Influenza : Dosis pengulangan setiap tahun
- Tifoid : Dosis lanjutan
6 Tahun
- Influenza : Dosis pengulangan setiap tahun
- Dengue : Dosis untuk pencegahan demam berdarah
7-9 Tahun
- Influenza : Dosis pengulangan setiap tahun
- Tifoid : Dosis lanjutan
- HPV
10 Tahun
- DTP : Dosis lanjutan
- Influenza : Dosis pengulangan setiap tahun
11-18 Tahun
- Influenza : Dosis pengulangan setiap tahun
- Tifoid : Dosis lanjutan
Efek Samping Imunisasi dan Cara Mengatasinya
Sebagai dokter spesialis anak, saya sangat memahami bahwa orang tua sering khawatir tentang efek samping setelah anak mereka menerima imunisasi. Namun, perlu diketahui bahwa efek samping yang muncul umumnya bersifat ringan dan jauh lebih kecil risikonya dibandingkan manfaat perlindungan dari penyakit serius yang didapatkan oleh anak. Berikut beberapa efek samping ringan yang umum terjadi pasca-imunisasi, beserta cara praktis mengatasinya agar anak merasa nyaman:
Efek Samping yang Umum Terjadi
1. Demam ringan
- Biasanya terjadi dalam 24–48 jam setelah imunisasi dan akan reda dengan sendirinya.
- Cara mengatasi: Berikan anak banyak cairan, kompres air hangat di daerah lipatan, dan bila perlu gunakan obat penurun panas sesuai anjuran dokter.
2. Nyeri atau kemerahan di tempat suntikan
- Hal ini wajar akibat reaksi tubuh terhadap vaksin.
- Cara mengatasi: Kompres dingin area tersebut secara lembut selama 10–15 menit untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.
3. Anak rewel atau kurang nafsu makan
- Kondisi ini sementara dan biasanya berlangsung tidak lebih dari 1–2 hari.
- Cara mengatasi: Tenangkan anak dengan pelukan atau aktivitas ringan, serta beri makanan atau camilan favoritnya dalam porsi kecil namun sering.
4. Bengkak ringan di area bekas suntikan
- Normal sebagai reaksi lokal terhadap suntikan.
- Cara mengatasi: Biarkan area tersebut terbuka, hindari menutup terlalu rapat, dan boleh dikompres dingin secara berkala, 24 jam pertama pakai air biasa, >24 jam pakai air hangat
Kapan Harus Berkonsultasi ke Dokter?
Walaupun sangat jarang, beberapa efek samping berikut perlu diperhatikan lebih lanjut oleh dokter:
- Demam tinggi di atas 39°C lebih dari 48 jam
- Bengkak hebat atau abses di lokasi suntikan
- Anak menangis terus-menerus tanpa henti lebih dari 3 jam
- Reaksi alergi seperti ruam, sesak napas, atau pembengkakan wajah
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, jangan ragu untuk segera menghubungi dokter anak terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Ingat, efek samping ringan jauh lebih baik daripada risiko penyakit serius yang bisa dicegah melalui imunisasi. Sebagai orang tua, Anda telah mengambil keputusan terbaik untuk melindungi buah hati tercinta.

Butuh Kosultasi Dokter Anak?
Segera datang ke Omah Vaksin untuk konsultasi langsung dengan dokter Dewi SpA