Smart Parents, momen ketika anak pertama kali melangkah adalah salah satu tonggak perkembangan yang paling dinanti-nantikan. Tapi bagaimana jika usia anak sudah lebih dari 1 tahun dan ia belum juga bisa berjalan? Apakah ini normal? Haruskah khawatir? Atau justru masih dalam batas wajar?
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai keterlambatan berjalan pada anak, termasuk faktor penyebab, kapan harus waspada, dan bagaimana orang tua bisa membantu menstimulasi motorik kasar anak di rumah. Dengan memahami hal ini, Anda bisa lebih tenang dan proaktif dalam mendampingi tumbuh kembang si kecil.
Kapan Anak Normalnya Mulai Belajar Jalan?
Secara umum, anak mulai belajar berdiri dan berjalan antara usia 9 hingga 18 bulan. Berikut tahapan motorik kasar yang biasanya terjadi:
- 6–9 bulan: Duduk tanpa bantuan
- 9–12 bulan: Berdiri dengan berpegangan, merambat
- 12–15 bulan: Mulai melangkah sendiri
- 15–18 bulan: Berjalan mantap, mulai bisa berlari pelan
Namun, anak yang baru berjalan di usia 16–18 bulan masih dianggap normal, selama tidak ada tanda gangguan lain. Perbedaan waktu ini dipengaruhi banyak faktor.
Apa Penyebab Anak Terlambat Jalan?
Berikut beberapa faktor umum yang bisa menyebabkan keterlambatan berjalan:
1. Karakter dan Temperamen Anak
Beberapa anak lebih berhati-hati dan butuh rasa percaya diri yang tinggi sebelum mencoba berjalan. Mereka lebih senang mengamati dibanding langsung mencoba.
2. Kurangnya Stimulasi Motorik
Jika anak jarang diletakkan di lantai untuk belajar tengkurap, merangkak, berdiri, atau berjalan, maka otot-ototnya akan kurang terlatih.
3. Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar
Kadang anak mengalami keterlambatan khusus pada aspek motorik kasar saja, tanpa disertai gangguan lain seperti bicara atau kognitif.
4. Kelebihan Berat Badan
Anak dengan berat badan berlebih mungkin mengalami kesulitan mengangkat tubuhnya untuk berdiri dan berjalan.
5. Prematuritas
Anak yang lahir prematur biasanya mengalami keterlambatan perkembangan dibanding anak seusianya. Penilaian dilakukan berdasarkan usia koreksi, bukan usia kronologis.
6. Gangguan Neurologis atau Otot
Dalam kasus yang lebih serius, bisa jadi anak mengalami gangguan pada otot, saraf, atau struktur tulang yang memengaruhi kemampuan berjalan.
Kapan Harus Waspada?
Terlambat jalan belum tentu tanda gangguan serius, tapi ada beberapa red flags yang perlu diperhatikan:
- Anak tidak bisa duduk sendiri di usia 9 bulan
- Tidak bisa berdiri sambil berpegangan di usia 12 bulan
- Tidak bisa berjalan sama sekali di usia 18 bulan
- Terlihat lemas atau kaku saat digendong
- Ada asimetris tubuh, misalnya salah satu kaki lebih lemah
- Tidak menunjukkan minat untuk bergerak
Jika tanda-tanda di atas muncul, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter spesialis anak atau fisioterapis anak.
Apakah Anak Saya Perlu Terapi? Atau Cukup Distimulasi di Rumah?
Jika anak masih dalam batas normal (di bawah 18 bulan) dan tidak menunjukkan tanda bahaya, maka stimulasi motorik kasar di rumah bisa sangat membantu.
Namun jika sudah menunjukkan keterlambatan signifikan atau tidak ada kemajuan dalam beberapa bulan, maka perlu evaluasi lebih lanjut dan kemungkinan rujukan ke terapi tumbuh kembang anak.
Tips Stimulasi Motorik Kasar Agar Anak Cepat Jalan
Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan orang tua setiap hari untuk membantu anak belajar berdiri dan berjalan:
1. Biarkan Anak Banyak Bermain di Lantai
Daripada terlalu sering digendong atau ditaruh di baby walker, biarkan anak beraktivitas di lantai dengan pengawasan. Ini penting untuk melatih otot kaki dan keseimbangan.
2. Tummy Time Sejak Dini
Mulai dari bayi, biasakan waktu tengkurap beberapa kali sehari. Ini membantu memperkuat otot leher, punggung, dan kaki.
3. Beri Mainan yang Mendorong Gerakan
Gunakan mainan yang bisa didorong, seperti kereta dorong kecil, balok, atau stroller mainan untuk mendorong anak berdiri dan melangkah.
4. Latih Berdiri dari Duduk
Ajak anak berdiri dari posisi duduk sambil memegang tangan Anda. Bisa dilakukan di tempat tidur atau matras empuk agar aman.
5. Ajak Anak Merambat
Pegang tangan anak dan tuntun ia merambat di sepanjang sofa atau dinding. Aktivitas ini melatih koordinasi dan kepercayaan diri.
6. Berikan Motivasi dan Tepuk Tangan
Saat anak mencoba berdiri atau melangkah, berikan semangat, pelukan, dan tepuk tangan agar ia merasa percaya diri.
7. Latihan Berjalan dengan Bantuan
Pegang kedua tangan anak dari belakang dan bantu ia melangkah. Lakukan perlahan, beri kesempatan anak menemukan iramanya sendiri.
Hal yang Sebaiknya Dihindari
Beberapa kebiasaan berikut justru dapat menghambat perkembangan motorik kasar anak:
- Terlalu sering menggunakan baby walker, karena anak tidak belajar keseimbangan sendiri
- Digendong terus-menerus, membuat otot kaki kurang terlatih
- Memberi gadget dalam waktu lama sehingga anak kurang bergerak
- Membandingkan anak terus-menerus dengan saudara atau anak lain
Nutrisi Pendukung Perkembangan Motorik
Pertumbuhan dan kekuatan otot anak juga dipengaruhi oleh asupan gizi harian. Pastikan anak mendapatkan:
- Protein hewani: daging, ikan, telur untuk pembentukan otot
- Zat besi: mencegah anemia yang dapat menurunkan energi anak
- Vitamin D dan kalsium: untuk tulang kuat
- Omega-3: untuk koneksi saraf yang sehat
- Cukup cairan: dehidrasi membuat anak lemas dan malas bergerak
Cerita Nyata: Anak Baru Jalan di Usia 17 Bulan, dan Itu Tidak Apa-Apa
Ibu Rini dari Bekasi bercerita bahwa anak pertamanya baru berjalan di usia 17 bulan. Ia sempat khawatir karena anak tetangganya sudah lari-larian di usia 14 bulan. Namun setelah berkonsultasi dengan dokter dan konsisten melakukan stimulasi di rumah, anaknya berjalan dengan baik dan sekarang sangat aktif.
“Yang penting kita terus pantau dan kasih stimulasi. Jangan panik dulu,” ujar Bu Rini.
Cerita seperti ini mengingatkan kita bahwa setiap anak punya ritmenya sendiri, dan selama perkembangannya masih dalam rentang normal, kita cukup mendampingi dengan sabar.
Penutup
Smart Parents, keterlambatan berjalan pada anak memang bisa membuat cemas, tapi tidak selalu berarti ada masalah serius. Yang penting adalah memahami tahapan tumbuh kembang secara menyeluruh, mengenali tanda bahaya, dan memberikan stimulasi yang tepat.
Berikan anak kesempatan untuk mengeksplorasi, bermain, jatuh, bangun, dan mencoba lagi. Karena dari situlah ia belajar percaya diri dan mengembangkan kemampuan motorik yang kuat.
Dan yang terpenting, jangan terlalu membandingkan. Anak tidak sedang berlomba dengan siapa pun. Ia sedang bertumbuh dengan versinya sendiri—dan tugas kita adalah menemaninya. ❤️

Butuh Kosultasi Dokter Anak?
Segera datang ke Omah Vaksin untuk konsultasi langsung dengan dokter Dewi SpA